Tiba-tiba aku tersentak dari mimpi indah dan berlari ke depan rumah untuk melihat apa gerangan ribut dipagi liburan ini. Dimana seharusnya aku bebas bangun pukul berapa saja tanpa harus terlambat ke sekolah karena sedang libur. Di beranda rumah sepulahan anak muda yang tidak aku kenal baru saja tiba dari Teluk Dalam, Ibukota Kabupaten Nias Selatan. Aku tahu itu dari bapakku yang mulai renta. Beranda rumah yang kecil tempat biasa aku dan kawan-kawan bermain di penuhi oleh sepeda motor mereka. Orang-orang muda itu berkelakar mengenai perjalanan panjang mereka sesaat sebelum dipersilahkan masuk ke dalam rumah.
Satu persatu mereka mengambil tempat duduk,lalu bercerita dengan bapakku. Dari cerita itu aku ketahui mereka adalah mahasiswa dari gunungsitoli yang akan melakukan survey mengenai persebsi masyarakat terhadap pilkada Nias Selatan dibeberapa desa kecamatan Gomo. Setelah menanyakan situasi dan letak-letak desa yang akan dikunjungi. Mereka pun menyudahi istirahatnya serta mempersiapkan peralatan surveynya dan langsung berangkat ke desa tujuan pertamanya.
Petang harinya kulihat mamakku memasak makanan dengan jumlah tidak seperti biasanya. Lalu kutanyakan dan ia menjawab untuk abang-abang yang tadi. Sejenak aku berpikir berarti malam ini rumahku akan ramai lagi. Begitu sang mentari sudah hilang dibalik bukit sebelah barat rombongan tamu kami itu pun sampai juga dirumah. Kulihat wajah-wajah letih,mereka pun tak banyak bicara hanya langsung terhenyak dikursi-kursi dan bahkan duduk begitu saja dilantai. Tampaknya usaha mereka disatu desa dari dua desa tujuan gagal disebabkan kepala desa tidak mengizinkan untuk melakukan survey. Karena mereka tidak membawa surat dari pemerintahan Kabupaten Nias Selatan dan belum diketahui oleh Camat.
Seseorang dari mereka menelpon untuk menanyakan penyelesaian masalah yang mereka hadapi.setelah pembicaraan ditelpon itu dia pun menyampaikan, surat dari kabupaten bisa didapatkan esok hari. Mendengarkan itu yang lainnya pun kembali semangat. Sesaat setelah itu mamakku muncul dari dapur dengan membawa hidangan makan malam. Lalu kami pun makan bersama sambil terus bercerita diselinggi kelakar. Kelakar mereka ditujukan pada lelaki yang baru aku ketahui tidak bisa berbahasa daerah. Sehingga sepanjang makan dia terkadang diajak bicara dengan bahasa daerah dan hanya bisa tersenyum atau manggut-manggut yang membuat lainnya tertawa riuh. Tapi bagiku semua mereka itu aneh, meskipun kami didesa.namun tidak pernah ada yang makan sebelum mandi bahkan ada yang langsung pergi untuk tidur usai makan. Malam itu hingga lewat tengah malam masih kudengar suara mereka entah membicarakan apa.
Pagi-pagi aku menjadi petugas mengantarkan mereka mandi kesungai sebab dirumah,bak penampung air hujan telah habis. Sungai yang begitu lebar dan jernih serta dangkal mengalir dengan derasnya merupakan lokasi yang selalu dimanfaatkan masyarakat didesaku. Sehabis mandi mereka pun makan lalu akan melanjutkan perjalanan berikutnya ke desa yang berbeda. Tetapi mereka tidak segerombolan lagi seperti hari kemarin. Namun membaginya menjadi dua kelompok. Sekitar pukul 4 sore satu kelompok telah kembali kerumah tapi ada orang lain dengan mereka. Rupanya orang itu adalah yang membawa surat dari Kabupaten. Setengah jam kemudian akhirnya satu kelompok lagi telah tiba dirumah.
Lelaki yang tidak bisa berbahasa daerah itu setelah tak lama kuketahui bernama andi mengatakan salah satu desa yang baru mereka kunjungi yakni Balöhili Gomo harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 1 km dan 2 kali menyeberangi sungai. Dia pun melanjutkan kalimatnya yang buat aku tercengan yaitu,"50 tahun lagi pun desa itu tidak akan tersentuh pembangunan". Aku tidak mengerti mengapa ia berkata demikian.
Usai makan malam kesibukan dilantai atas rumah tempat mereka tidur sangat kelihatan sibuk. Beberapa kali aku melihat keatas hampir tidak ada cerita yang panjang keluar dari mulut mereka. Lembaran-lembaran kertaslah yang menjadi fokus masing-masing anak muda itu.
Keesokan harinya beberapa sepeda motor kembali meninggalkan rumahku kudengar mereka kembali ke desa yang tidak diizinkan disurvey pada hari pertama. Sepanjang hari mereka yang tidak berangkat berada dilantai atas membereskan pekerjaan yang mungkin belum selesai. Mereka baru turun saat akan makan siang dan langsung kembali keatas usai makan.
Sekitar pukul 3 sore rombongan yang berangkat tadi pagi kembali kerumahku. Lalu mereka langsung menuju lantai atas, aku pun turut serta mengikuti. Disitu kulihat tidak ada lagi kesibukan, lalu aku duduk hingga tiduran di jendelan atas tersebut. Melihat itu andi pun berbicara padaku dengan berkata,"jangan tiduran disitu,nanti kamu jatuh". Aku menjawab dengan mengatakan,"tidak akan jatuh". Itulah awal perbincangan kami,selanjutnya ia mulai bertanya aku kelas berapa,bagaimana disekolah hingga pertanyan yang berhubungan dengan pelajaran. Yang buat aku semakin tertarik berbicara dengannya ketika berbicara tentang bagaimana datangnya hujan. Apalagi ketika ia mengatakan air laut menguap hinggan mengumpul menjadi awan. Padahal aku tidak pernah melihat laut. Sehingga saat itu aku langsung berkeinginan untuk melihat laut. Dia juga bercerita tentang cita-cita yang bahkan tidak aku mengerti. Namun cerita itu membuat aku semakin merasakan arti pentingnya sekolah. Sebab ia bilang sekolah mampu membuat kita jadi apa yang kita inginkan. Sedang asik bercerita tiba-tiba makku memangil untuk segera mengambil kain karena langit telah mendung dan itupun mengakhiri cerita kami. Apalagi mereka juga harus mengemasi barang-barangnya. Karena petang hari mereka akan kembali ke Teluk Dalam.
Menjelang matahari terbenam mereka semua dan bapakku telah berkumpul diruang depan. Mereka berbincang-bincang menyampaikan rasa terimakasih karena telah diperbolehkan menginap di rumahku. Usai perbincangan itu mereka pun berangkat dan tinggallah keramaian rumahku menanti sepi datang lagi.
*Tulisan ini dibuat mengenang Desa-Desa tertinggal di Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan. Pada saat melakukan survey
0 Komentar
Silakan Tinggalkan Komentar